Wah, Layanan Uber Ternyata Merugi Triliunan Rupiah

Jakarta – Sudah bukan rahasia umum kalau layanan ride sharing seperti Uber masih dalam tahap ‘bakar bakar uang’ dengan tujuan menggaet pengguna sebanyak-banyaknya. Tapi cukup bikin mengernyitkan dahi juga kalau kerugian yang diderita mencapai triliunan.

Laporan dari Bloomberg yang mengutip sumber terkait menyebutkan kalau Uber menderita kerugian USD 800 juta atau di kisaran Rp 10,7 triliun. Itupun belum memperhitungkan operasional mereka di China.

Di kuartal sebelumnya, kerugian Uber menurut Bloomberg malah lebih dari angka USD 800 juta tersebut. Sehingga di kuartal III 2016, kerugian sebenarnya bisa sedikit ditekan.

Adapun pendapatan di kuartal III 2016 mencapai USD 1,7 miliar, naik dari angka USD 1,1 miliar di kuartal sebelumnya. Perusahaan yang didirikan CEO Travis Kalanick ini diperkirakan akan meraih pendapatan total USD 5,5 miliar di tahun fiskal 2016.

Mengapa layanan ride sharing asal Amerika Serikat itu ‘membakar’ uang begitu banyaknya?Sebagai perbandingan, kerugian terbesar yang dialami retail online terbesar di dunia, Amazon, adalah sebesar USD 1,4 miliar. Kerugian di tahun 2000-an itu membuat CEO Amazon, Jeff Bezos memecat sampai 15% karyawan.

“Uber kehilangan uang lebih cepat dari perusahaan teknologi lain dan ini disebabkan terutama karena komponen penting dalam operasi perusahaan itu, yakni para pengemudinya,” sebut Michael Nunez, kolumnis media teknologi, Gizmodo.

Uber memang menerapkan prinsip yang dianut banyak startup, yaitu tumbuh cepat terlebih dulu, baru mencari uang. Maka tarif agresif pun diterapkan untuk menarik pelanggan. Namun tetap dianggap kurang sehat jika mereka terlalu banyak mengeluarkan subsidi bagi pengemudi.

Kerugian besar sepertinya tidak hanya dialami oleh Uber. Bisa dibilang, hampir semua layanan ride sharing saat ini masih dalam tahap ‘bakar’ duit untuk memperluas pasarnya, belum sama sekali menghasilkan laba. Mereka mengincar laba dalam jangka panjang. Detik.com

https://www.hariansumatera.com