Soal Tenaga Kerja Asing, Dede Yusuf: Masa Mau Diumpetin

Jakarta – Isu serbuan tenaga kerja asing (TKA) asal China di Morowali, Sulawesi Tengah sempat jadi perbincangan beberapa waktu lalu. Kunjungan Komisi IX DPR yang diketuai Dede Yusuf ke PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menepis isu tersebut.

Dede beserta rombongan mengecek langsung ke PT IMIP mulai dari kantin pekerja, mess pekerja, pabrik hingga ruang operator.

Dari hasil pengecekan itu, Dede menemukan jumlah TKA yang berada di PT IMIP berjumlah 2.500 orang. Sementara pekerja lokal mencapai hingga 28.000 orang.

“Jumlah karyawan asing ada 2.500 TKA-nya. Sementara pekerja lokal-nya mencapai 28.000 orang!!!” tulis Dede lewat Facebook, Minggu (8/7/2018).

Dengan demikian, kata Dede, jumlah TKA di PT IMIP hanya 10 persen dari total pekerja. Saat kunjungan, pejabat Imigrasi juga menunjukkan laporan bahwa para TKA memiliki ijin kerja sah.

“Kami tidak menemukan serbuan TKA, yang ada justru puluhan ribu pekerja kita yang berasal dari sekitar Sulawesi,” ungkap politikus Partai Demokrat ini.

Saat berkunjung ke PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Dede beserta rombongan Komisi IX turut didampingi oleh Bupati Morowali, Ketua DPRD hingga sejumlah pihak dari Kemnaker dan imigrasi. Hasilnya tidak ada serbuan maupun TKA yang disembunyikan.

“Kalau menurut kami begini, kalau mau diumpetin (TKA China) masa iya ada Bupati, ada Ketua DPRD, imigrasi, pihak Kemenaker. Masa iya sih semuanya berbohong? Kalau iya konspirasi besar itu,” kata Dede.

Banyaknya TKA yang berada di PT tersebut diperkirakan karena adanya pembangunan smelter pada 2014 hingga 2016 lalu. Usai smelter rampung, TKA yang tinggal di lokasi PT IMIP hanya sekitar 10 persen.

Dari hasil kunjungan, Dede menjelaskan jumlah TKA asal China di Morowali memang sempat tinggi pada kurun waktu 2015-2016 lalu. Itu karena adanya pembangunan smelter yang membutuhkan banyak TKA. Sementara tenaga pekerja lokal belum banyak yang berkualifikasi dalam proyek tersebut.

“Saat ini pekerja asing sebagian besar sudah pulang karena pada saat pembangunan smelter di awal memang banyak sekali. Ketika sudah mulai berjalan dan berproduksi jumlah pekerja lokalnya berdasarkan laporan dari perusahaan, Disnaker, Imigrasi jumlah pekerja lokal hampir 50 ribu. Pekerja asingnya 2 ribuan,” jelas Dede.

Setelah pembangunan smelter, para TKA ada yang sebagian pulang dan sebagian lagi melakukan proses transfer teknologi kepada pekerja lokal. Proses dilakukan melalui pendidikan di politeknik.

“Banyak masuk pekerja asing karena tidak banyak orang Indonesia yang bisa membangun smelter. Sekarang setelah terjadi proses transfer teknologi ya pada pulang karena mahal kan bayar tenaga kerja asing. Dari apa yang kita lihat, cek di lokasi, memang pekerja China tidak sebanyak yang disebut-sebut,” ujarnya. @

https://www.hariansumatera.com